Home » » LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK)

LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK)

Written By Unknown on Wednesday, June 21, 2017 | 7:02 PM

LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK)
LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK)
LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK)

Pendidikan PAUD,LANDASAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) upaya peningkatan mutu pendidikan serta pelaksanaan pendidikan yang optimal pada pendidikan usia dini harus berpatokan terhadap juknis penyelenggaraan sarana pendidikan yang kompeten, jadi penyelenggaraan pendidikan tidak asal jadi saja melainkan harus merpatokan terhadap juknis yang telah di tentukan oleh keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan.
Pendidikan PAUD merupakan sarana belajara dan bermain jadi dalam kurikulum serta media pembelajaran nya pun sangat berbeda dengan pandidikan yang lain nya.

Pelaksanaan berbagai lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak di Indonesia biasanya diatur melalui keputusan menteri atau surat edaran direktur atau direktur jenderal. Untuk melaksanakan kegiatan pendidikan pada Taman Kanak-kanak diatur dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 0518/Kep-Dikbud/97. Adapun untuk melaksanakan pendidikan pada Kelompok Bermain dan Tempat pengasuhan anak (TPA) diatur dalam keputusan menteri pendidikan Nomor 0571/Kep-Dikbud/97. Di samping rambu-rambu pelaksanaan yang telah diatur dalam surat keputusan tersebut, terdapat juga surat edaran tentang tata cara pendirian dan mekanisme pelaksanaan.

Di samping acuan operasional tersebut, penyelenggaraan TK biasanya diatur secara lebih terperinci dalam bentuk Standar Pelayanan Minimal (SPM), demikian juga pelaksanaan juga mengacu pada Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang telah disusun oleh pihak-pihak yang berkompeten. 

Berbagai landasan konseptual (teoritik) yang dimaksud di antaranya adalah berikut ini :

1. Model Pembelajaran Pestalozi

Model pembelajaran ini menitik beratkan pada AVM (Auditory, Visual, Memory), yakni mengembangkan kemampuan penglihatan, pendengaran dan daya ingat yang semua ini dapat dikemas melalui pengembangan bahasa atau suara, bentuk dan konsep bilangan (berhitung permulaan) pada anak usia dini.

2. Model Pembelajaran Frobel

Model pembelajaran ini menitikberatkan pada Utoaktivitas anak (anak menunjukan keaktifan yang muncul atas dorongan dari dalam dirinya sendiri) dan Frobel menciptakan alat permainan yang disebut spiel foremen (spiel artinya permainan, Formen artinya membentuk bangunan), maksudnya adalah permainan bentuk, seperti dari plastisin, mozaik, tanah liat, stick es krim, kertas-kertas bekas atau kertas origami, balok-balok dan lain sebagainya. Pembelajaran ini dilakukan dalam suasana 3 F, yakni Friede (suasana damai, Freude (gembira) dan Freiheit (merdeka).

3. Model Pembelajaran Jan Lighart

Model pembelajaran ini menitik beratkan pada "Pengajaran barang sesungguhnya", mengajak anak pada suasana belajar yang sesungguhnya melalui pengamatan alam sekitarnya. Langkah-langkah pembelajaran Jan Lighart, yaitu:
a. Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak
b. Melakukan perjalanan sekolah
c. pembahasan hasil pengamatan
d. menceritakan lingkungan yang diamati
e. kegiatan ekspresi.

4. Model Pembelajaran Montessori

Model pembelajaran ini menitikberatkan pada "Pendidikan Pedosentris" (pusat aktivitas pendidikan terletak pada anak didik itu sendiri). Montessori beranggapan bahwa semua bentuk pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan diri sendiri. Dalam mengembangkan kemampuan anak, pengembangan fungsi panca indar harus mendapatkan kesempatan yang besar.

5. Model Pembelajaran Helen Parkhust

Model pembelajaran ini menitikberatkan pada "pembelajaran sentra" (setiap ruangan sentra terdiri dari satu rumpun pengembangan) yang masing-masing anak dapat memilih sentra sesuai dengan keinginan anak masing-masing. Pembelajaran sentra memungkinkan anak dapat bebas bergerak bebas sesuai dengan keinginan anak.

6. Model Pembelajaran John Dewey

Model Pembelajaran John Dewey menitikberatkan pada learning by doing atau "belajar sambil bekerja", yaitu sebagai berikut:
Pengajaran harus dapat menghubungkan isi kurikulum dengan lingkungan hidup anak
Konsep dan cara mengajarkan membaca, menulis dan berhitung permulaan dengan bahan yang menarik dan sesuai dengan lingkungan hidup anak-anak
Konsep dan cara membangkitkan perhatian anak.

7. Model Pembelajaran W.H. Kilpatrick

Model pembelajaran ini menitik beratkan pada "Pengajaran Proyek", yaitu suatu model pengajaran yang memungkinkan anak mengolah sendiri untuk menguasai bahan pelajaran yang dilakukan guru dengan jalan menyajikan suatu bahan pengajaran melalui pengajaran proyek total, proyek parsial dan proyek occasional. Langkah-langkah pembelajaran proyek adalah sebagai berikut:
  1. Persiapan tema dan pokok masalah yang dilaksanakan dengan menggunakan pengajaran proyek
  2. Pendahuluan dengan melakukan percakapan bersama anak-anak secara klasikal tentang tema atau pokok masalah
  3. Perjalanan sekolah atau survei ke tempat yang sudah ditentukan. Perjalanan dilakukan ke tempat yang terdekat dengan lingkungan sekolah saja.
  4. Pengolahan masalah dilakukan anak-anak dengan melaporkan apa yang telah ditemukan ketika melakukan survei
  5. Pameran, dirancang oleh anak-anak sendiri untuk memasang hasil karya yang telah dikerjakan bersama-sama.
8. Model Pembelajaran Ovide Decroly

Model Pembelajaran ini menitik beratkan pada "Pengajaran Simbiotis", yaitu pengajaran yang harus totalitas atau satu kesatuan terpadu antara bahan pembelajaran satu dengan lainnya. Bahan pengajaran harus dihubungkan berdasarkan persekutuan hidup bukan didasarkan atas hubungan logis atau ilmiah. Langkah pembelajaran simbiotis, yaitu observasi (pengamatan) asosiasi (pengolahan) dan ekspresi (pengungkapan).

9. Model Pembelajaran Vigotsky

Model pembelajaran ini menitikberatkan pada "Alat berpikir mental", melalui bentuk-bentuk kegiatan block building (bangunan balok), mapping (pemetaan), making pattern (penyusunan pola), dramtic play (permainan dramatik), story telling (menyampaikan cerita) dan journal writing (penulisan jurnal).

10. Model Pembelajaran Jean Piaget


Model pembelajaran ini menitikberatkan pada "Pembelajaran kognitif", dimana anak usia TK sedang memasuki masa pra-operasional, yaitu anak melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak ada atau objek yang tidak diketahuinya ketika terjadi pemindahan objek. Anak pada usia ini terpusat pada diri sendiri (egosentris). 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Blogger | Blogger
Copyright © 2011. Download Berkas Kita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Informasi Sekolah
Proudly powered by Blogger